tulisan bergerak

Welcome To Base Camp INTRIC

Sunday 19 April 2015

Perkembangan Jaringan Telekomunikasi di Indonesia Dibandingkan Dengan Negara Lain


Negara Dengan Biaya Telekomunikasi Termurah di Dunia
Berikut ini adalah undang-undang yang mengatur peraturan tentang jasa telekomunikasi sebagai berikut: “Berdasarkan Undang-Undang No.36/1999 dan Peraturan Pemerintah No.52/2000, tarif penyelenggaraan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi ditetapkan oleh
penyelenggara berdasarkan jenis tarif, struktur dan dengan mengacu pada formula batasan tarif jasa telekomunikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah”. Biaya telepon di setiap negara bervariasi. Ada yang sangat mahal seperti Jepang, mencapai Rp 10.000 per menit. Ada pula yang tarifnya relatif terjangkau, bahkan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah sekalipun.

Lembaga riset Frost & Sullivan membuat daftar perbandingan tarif telepon (on voice tariff) antar negara. Hasilnya relatif mengejutkan. Sebab, mayoritas negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara cenderung membayar biaya telepon lebih mahal dibanding negara kawasan Asia Pasifik. Analis Frost & Sullivan Nitin Bhat menilai situasi tersebut wajar. Sebab, sistem pembayaran yang biasanya dipakai di negara maju adalah pascabayar. Tarif telepon di negara berkembang cenderung lebih murah karena penduduk yang banyak serta banyak operator di pasar telekomunikasi seluler. “Faktor demografi, aturan pemerintah, dan jumlah pemain di bisnis ini sangat menentukan tarif telepon,” ujarnya di Senayan, Jakarta, Rabu (6/2).

Salah satu kunci mahalnya biaya menelepon adalah keberadaan sistem roaming. Alias pengguna telepon membayar untuk setiap panggilan yang masuk. Mayoritas operator telekomunikasi Amerika Serikat menerapkan sistem seperti ini untuk pelanggan pascabayar, sehingga biaya bercakap-cakap konsumen di negara itu relatif besar.

Syarat lain agar tarif bercakap-cakap via ponsel bisa murah adalah ketersediaan infrastruktur. Buruknya jaringan di kebanyakan negara Afrika, seperti Tanzania dan Nigeria, menurut Bhat, mengakibatkan biaya telepon memakan sampai 35 persen pengeluaran pemilik ponsel per bulan. Maka, beruntunglah rakyat di lima negara berikut yang menikmati sambungan telepon lokal dan interlokal paling murah di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

Sama halnya dengan India, Indonesia juga dinobatkan sebagai negara dengan tarif telepon termurah sejagat. Biaya untuk mengobrol hanya USD 1 sen per menit atau di kisaran Rp 90-100 setiap 60 detik. Ninit Bhat dari lembaga Frost & Sullivan menyebut, saat ini belum ada negara lain yang memiliki skema tarif komunikasi semurah di Indonesia. “Sulit dicari bandingannya, bahkan di Asia Pasifik tarif telepon Indonesia dan India paling murah,” ujarnya.

Pemain besar seperti Telkomsel, XL, dan Indosat saling banting harga, apalagi ketika operator CDMA masuk ke pasaran. Saat ini, hampir seluruh operator di Indonesia menawarkan tarif telepon relatif murah dibandingkan negara-negara lain.

Perbandingan Teknologi Informasi di Indonesia dengan Negara – Negara Lain
Teknologi informasi merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan seuatu bangsa, dengan adanya teknologi informasi membuat bangsa tersebut dapat berkomunikasi dan menambah wawasan dengan dunia luas. Adanya teknologi informasi di tujukan agar bisa memudahkan pertukaran informasi, informasi yang pada dahulu kala memerlukan waktu yang cukup lama untuk disampaikan kini dengan adanya jaringan internet dengan sekejap saja informasi dapat saling bertukar. Saat ini Malaysia, Filipina, dan Thailand telah merambah pasar dunia melalui kinerja industri untuk menghasilkan produk-produk bernilai tambah tinggi dengan tingkat teknologi lebih kompleks. Singapura dan Korea Selatan bahkan giat mengembangkan teknologi informasi dan perancangan produk.

Teknologi informasi tidak lepas dari dunia maya alias internet. Internet bagian dari kehidupan tidak bisa dihindari, internet akan mengglobal dan akan terus berkembang, sulit rasanya menjadi bagian dunia di masa depan jika kita tidak ikut memanfaatkannya

Komputer ada di mana-mana, semakin portable dan mobile. Di sisi lain, seluruh peralatan yang menunjang kehidupan manusia akan mengandung komputer yang embedded. Ketersediaan jaringan internet sangat tinggi karena itu akses terhadap informasi dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Internet akan mengandung informasi yang berlimpah. Manusia dapat bekerja, menikmati hiburan, bersosialisasi dan berkelana secara virtual ke seluruh dunia tanpa harus beranjak dari tempat duduknya. Robot-robot cerdas akan melayani seluruh kebutuhan manusia. Manusia dapat melakukan berbagai hal dengan upaya fisik yang sangat minimum. Dua hal kunci adalah: cyberspace atau dunia virtual, anytime anywhere access dan minimalisasi aktifitas fisik. Internet bisa menjadi komplemen dari buku dan perpustakaan di dunia nyata. Internet mampu menjadi penyedia fasilitas dunia pendidikan.

Perkembangan internet juga telah memengaruhi perkembangan ekonomi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (atau melalui pos atau telepon), kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui internet. Transaksi melalui internet itu dikenal dengan nama e-commerce.

Terkait dengan pemerintahan, internet memicu tumbuhnya transparansi yang dilakukan untuk pelaksanaan pemerintahan melalui e-government. Juga, peningkatan pelayanan publik. Sampai saat ini hampir 75% pemerintah daerah Indonesia sudah memiliki situs resmi sendiri. Namun untuk mencapai kondisi yang diharapkan masih diperlukan banyak perbaikan.

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia memang tidak semudah negara tetangga. Baik segi biaya dan implementasi. Mengingat geografis Indonesia jauh lebih luas dan berpulau-pulau. Apalagi negara ini sedang mengalami krisis berkepanjangan sehingga dana yang tersedia pun sangat minim. Karena itu, masuknya lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan swasta di sektor itu sangat diharapkan. Namun, pemerintah harus terlebih dahulu bisa menjadi fasilitator yang mumpuni.

Perkembangan teknologi informasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan tenaga yang berbasis teknologi informasi masih terus meningkat hal ini bisa terlihat dengan banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi informasi di berbagai bidang, juga jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi informasi masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.

Melihat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat dan maju di negara-negara yang ada di dunia, seperti negara-negara Eropa dan Amerika kini telah menjalar negara-negara ke Asia yaitu Jepang, China, Korea Selatan dan India. Semua ini memang tak lepas dari peran positif globalisasi dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga di negara Eropa Utara memiliki program belajar seumur hidup, pengembangan inovasi nasional, peningkatan investasi riset dan pengembangan serta pelaksanaan laboratorium masyarakat informasi di Eropa. Selain itu China juga menerapkan hal yang sama dalam mengelola negaranya yaitu mengoptimalkan peran teknologi informasi dalam pembangunan bahkan mengembangkan secara intens dalam program-program pendidikan. Pada akhirnya China mampu bersaing bahkan menjadi negara yang maju untuk bidang TIK.

Perkembangan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia masih belum memadai. Jumlah sambungan telepon tetap baru 8,7 juta atau dengan tingkat teledensitas kurang dari 4 persen. Sementara pemerintah menargetkan jumlah sambungan telepon per 100 penduduk sebesar 13% pada tahun 2009. Hal itu berkebalikan dengan penetrasi telepon seluler yang telah mencapai 22,8%. Sampai saat ini terdapat sekitar 43 ribu desa atau 65% desa yang belum terjangkau oleh jaringan telepon.

Asumsi dari Internet World Stats yang memprediksi dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2009 adalah sekitar 240 juta orang penetrasi internet diperkirakan hanya 10,4 persen. Indonesia hanya menempati ranking ke-22 dari seluruh negara di Asia Untuk 5 besar penetrasi internet di Asia adalah: Korea Selatan (77,3%), Jepang (74,0%), Hongkong (69,2%), Singapura (66,7%) dan Taiwan (65,9%)
Di sektor sumber daya manusia, jumlah perguruan tinggi (baik negeri maupun swasta) yang melaksanakan program informatika/komputer berjumlah 476 perguruan tinggi, bidang komunikasi berjumlah 136 perguruan tinggi, dengan lulusan per tahunnya sebanyak + 25.000 orang, dimana hal ini masih jauh dari kebutuhan secara nasional. Kondisi ini didukung oleh rata-rata partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan yang masih rendah. Terutama untuk 7-12 tahun dan 13-15 tahun hanya mencapai angka 95,26% dan 82,09% bahkan untuk tingkat perguruan tinggi hanya mencapai angka 13% (BPS, 2006).

Di lain sisi, Pemerintah menargetkan pada tahun 2010 seluruh desa dan kecamatan di Tanah Air telah terhubung dengan infrastruktur telepon dan internet. Pada tahun 2010 seluruh daerah perbatasan di tanah air juga diharapkan dapat menerima siaran TVRI dan RRI. Sebelumnya menurut Menteri Komunikasi dan Informasi (Kabinet Indonesia Bersatu I), Mohammad Nuh mengatakan, total desa yang belum terjangkau jaringan telekomunikasi sebanyak 31 ribu. Akhir tahun 2009, semua jaringan dapat menjangkau seluruh desa. Menurutnya, untuk menyediakan jaringan telekomunikasi tersebut disediakan anggaran sekitar Rp 2 triliun. Setelah jaringan tersambung yang menjadi pemikiran ialah keterjangkauan akses telekomunikasi bagi masyarakat desa. Sebab, dari akses internet tersebut masyarakat bisa melakukan transaksi ekonomi. Seluruh desa di Indonesia jumlahnya mencapai 72 ribu lebih yang ditargetkan memiliki rumah pintar lengkap dengan semua fasilitas penunjangnya termasuk jaringan internet.


Menurut pendapat saya mengenai perkembangan IT di negara Indonesia ini dibandingkan dengan negara-negara yang maju, bahwa perkembangan IT di Indonesia masih sangat rendah untuk masalah ini. Karena disebabkan oleh negara Indonesia masih tergantung kepada negara jepang yang mempunya teknologi yang lebih canggih daripada negara Indonesia, pengguna teknologi IT masih sebagian belum merata dan  membudaya di Indonesia,  masih rendahnya penduduk Indonesia yang masih kurang mengerti atau belum memahami menggunakan teknologi IT. Oleh karena itu negara Indonesia belum mampu produksi barang-barang elektronik dalam negeri tetapi di Indonesia lebihnya produk-produk yang masuk produk buatan negara lain, sehingga penduduk Indonesia dalam hal bidang teknologi masih kurang sempurna atau kurang maju. Sehingga negara Indonesia menduduki peringkat ke-22 mengenai masalah IT.

Sumber:

No comments:

Post a Comment