Negara Dengan Biaya Telekomunikasi
Termurah di Dunia
Berikut ini adalah undang-undang yang mengatur peraturan
tentang jasa telekomunikasi sebagai berikut: “Berdasarkan Undang-Undang
No.36/1999 dan Peraturan Pemerintah No.52/2000, tarif penyelenggaraan jaringan
dan/atau jasa telekomunikasi ditetapkan oleh
penyelenggara berdasarkan jenis
tarif, struktur dan dengan mengacu pada formula batasan tarif jasa
telekomunikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah”. Biaya telepon di setiap negara
bervariasi. Ada yang sangat mahal seperti Jepang, mencapai Rp 10.000 per menit.
Ada pula yang tarifnya relatif terjangkau, bahkan untuk masyarakat kelas
menengah ke bawah sekalipun.
Lembaga riset Frost &
Sullivan membuat daftar perbandingan tarif telepon (on voice tariff) antar
negara. Hasilnya relatif mengejutkan. Sebab, mayoritas negara-negara maju di
Eropa dan Amerika Utara cenderung membayar biaya telepon lebih mahal dibanding
negara kawasan Asia Pasifik. Analis Frost & Sullivan Nitin Bhat menilai
situasi tersebut wajar. Sebab, sistem pembayaran yang biasanya dipakai di
negara maju adalah pascabayar. Tarif telepon di negara berkembang cenderung
lebih murah karena penduduk yang banyak serta banyak operator di pasar telekomunikasi
seluler. “Faktor demografi, aturan pemerintah, dan jumlah pemain di bisnis ini
sangat menentukan tarif telepon,” ujarnya di Senayan, Jakarta, Rabu (6/2).
Salah satu kunci mahalnya biaya
menelepon adalah keberadaan sistem roaming. Alias pengguna telepon membayar
untuk setiap panggilan yang masuk. Mayoritas operator telekomunikasi Amerika
Serikat menerapkan sistem seperti ini untuk pelanggan pascabayar, sehingga
biaya bercakap-cakap konsumen di negara itu relatif besar.
Syarat lain agar tarif bercakap-cakap
via ponsel bisa murah adalah ketersediaan infrastruktur. Buruknya jaringan di
kebanyakan negara Afrika, seperti Tanzania dan Nigeria, menurut Bhat,
mengakibatkan biaya telepon memakan sampai 35 persen pengeluaran pemilik ponsel
per bulan. Maka, beruntunglah rakyat di lima negara berikut yang menikmati
sambungan telepon lokal dan interlokal paling murah di dunia, salah satunya
adalah Indonesia.
Sama halnya dengan India,
Indonesia juga dinobatkan sebagai negara dengan tarif telepon termurah sejagat.
Biaya untuk mengobrol hanya USD 1 sen per menit atau di kisaran Rp 90-100
setiap 60 detik. Ninit Bhat dari lembaga Frost & Sullivan menyebut, saat
ini belum ada negara lain yang memiliki skema tarif komunikasi semurah di
Indonesia. “Sulit dicari bandingannya, bahkan di Asia Pasifik tarif telepon
Indonesia dan India paling murah,” ujarnya.
Pemain besar seperti Telkomsel,
XL, dan Indosat saling banting harga, apalagi ketika operator CDMA masuk ke
pasaran. Saat ini, hampir seluruh operator di Indonesia menawarkan tarif
telepon relatif murah dibandingkan negara-negara lain.
Perbandingan Teknologi Informasi
di Indonesia dengan Negara – Negara Lain
Teknologi informasi merupakan hal
yang sangat penting bagi kemajuan seuatu bangsa, dengan adanya teknologi
informasi membuat bangsa tersebut dapat berkomunikasi dan menambah wawasan
dengan dunia luas. Adanya teknologi informasi di tujukan agar bisa memudahkan pertukaran informasi, informasi yang pada dahulu kala memerlukan waktu yang cukup
lama untuk disampaikan kini dengan adanya jaringan internet dengan sekejap saja
informasi dapat saling bertukar. Saat ini Malaysia, Filipina, dan Thailand
telah merambah pasar dunia melalui kinerja industri untuk menghasilkan
produk-produk bernilai tambah tinggi dengan tingkat teknologi lebih kompleks.
Singapura dan Korea Selatan bahkan giat mengembangkan teknologi informasi dan
perancangan produk.
Teknologi informasi tidak lepas
dari dunia maya alias internet. Internet bagian dari kehidupan tidak bisa
dihindari, internet akan mengglobal dan akan terus berkembang, sulit rasanya
menjadi bagian dunia di masa depan jika kita tidak ikut memanfaatkannya
Komputer ada di mana-mana,
semakin portable dan mobile. Di sisi lain, seluruh peralatan yang menunjang
kehidupan manusia akan mengandung komputer yang embedded. Ketersediaan jaringan
internet sangat tinggi karena itu akses terhadap informasi dapat dilakukan di
manapun dan kapanpun. Internet akan mengandung informasi yang berlimpah.
Manusia dapat bekerja, menikmati hiburan, bersosialisasi dan berkelana secara
virtual ke seluruh dunia tanpa harus beranjak dari tempat duduknya. Robot-robot
cerdas akan melayani seluruh kebutuhan manusia. Manusia dapat melakukan
berbagai hal dengan upaya fisik yang sangat minimum. Dua hal kunci adalah:
cyberspace atau dunia virtual, anytime anywhere access dan minimalisasi
aktifitas fisik. Internet bisa menjadi komplemen dari buku dan perpustakaan di
dunia nyata. Internet mampu menjadi penyedia fasilitas dunia pendidikan.
Perkembangan internet juga telah
memengaruhi perkembangan ekonomi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya
hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (atau melalui pos atau telepon),
kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui internet. Transaksi melalui
internet itu dikenal dengan nama e-commerce.
Terkait dengan pemerintahan,
internet memicu tumbuhnya transparansi yang dilakukan untuk pelaksanaan pemerintahan melalui
e-government. Juga, peningkatan pelayanan publik. Sampai saat ini hampir 75%
pemerintah daerah Indonesia sudah memiliki situs resmi sendiri. Namun untuk
mencapai kondisi yang diharapkan masih diperlukan banyak perbaikan.
Pembangunan infrastruktur
telekomunikasi di Indonesia memang tidak semudah negara tetangga. Baik segi
biaya dan implementasi. Mengingat geografis Indonesia jauh lebih luas dan
berpulau-pulau. Apalagi negara ini sedang mengalami krisis berkepanjangan
sehingga dana yang tersedia pun sangat minim. Karena itu, masuknya lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dan swasta di sektor itu sangat diharapkan. Namun,
pemerintah harus terlebih dahulu bisa menjadi fasilitator yang mumpuni.
Perkembangan teknologi informasi
Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami
komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak
komputer sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem telekomunikasi
yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan tenaga yang berbasis
teknologi informasi masih terus meningkat hal ini bisa terlihat dengan
banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi
informasi di berbagai bidang, juga jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi
informasi masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.
Melihat perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang pesat dan maju di negara-negara yang ada di
dunia, seperti negara-negara Eropa dan Amerika kini telah menjalar
negara-negara ke Asia yaitu Jepang, China, Korea Selatan dan India. Semua ini
memang tak lepas dari peran positif globalisasi dan pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Sehingga di negara Eropa Utara memiliki program
belajar seumur hidup, pengembangan inovasi nasional, peningkatan investasi
riset dan pengembangan serta pelaksanaan laboratorium masyarakat informasi di
Eropa. Selain itu China juga menerapkan hal yang sama dalam mengelola negaranya
yaitu mengoptimalkan peran teknologi informasi dalam pembangunan bahkan
mengembangkan secara intens dalam program-program pendidikan. Pada akhirnya
China mampu bersaing bahkan menjadi negara yang maju untuk bidang TIK.
Perkembangan pembangunan
infrastruktur telekomunikasi di Indonesia masih belum memadai. Jumlah sambungan
telepon tetap baru 8,7 juta atau dengan tingkat teledensitas kurang dari 4
persen. Sementara pemerintah menargetkan jumlah sambungan telepon per 100
penduduk sebesar 13% pada tahun 2009. Hal itu berkebalikan dengan penetrasi
telepon seluler yang telah mencapai 22,8%. Sampai saat ini terdapat sekitar 43
ribu desa atau 65% desa yang belum terjangkau oleh jaringan telepon.
Asumsi dari Internet World Stats
yang memprediksi dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2009 adalah sekitar
240 juta orang penetrasi internet diperkirakan hanya 10,4 persen. Indonesia
hanya menempati ranking ke-22 dari seluruh negara di Asia Untuk 5 besar penetrasi
internet di Asia adalah: Korea Selatan (77,3%), Jepang (74,0%), Hongkong
(69,2%), Singapura (66,7%) dan Taiwan (65,9%)
Di sektor sumber daya manusia,
jumlah perguruan tinggi (baik negeri maupun swasta) yang melaksanakan program
informatika/komputer berjumlah 476 perguruan tinggi, bidang komunikasi
berjumlah 136 perguruan tinggi, dengan lulusan per tahunnya sebanyak + 25.000
orang, dimana hal ini masih jauh dari kebutuhan secara nasional. Kondisi ini
didukung oleh rata-rata partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan yang
masih rendah. Terutama untuk 7-12 tahun dan 13-15 tahun hanya mencapai angka
95,26% dan 82,09% bahkan untuk tingkat perguruan tinggi hanya mencapai angka
13% (BPS, 2006).
Di lain sisi, Pemerintah
menargetkan pada tahun 2010 seluruh desa dan kecamatan di Tanah Air telah
terhubung dengan infrastruktur telepon dan internet. Pada tahun 2010 seluruh
daerah perbatasan di tanah air juga diharapkan dapat menerima siaran TVRI dan
RRI. Sebelumnya menurut Menteri Komunikasi dan Informasi (Kabinet Indonesia
Bersatu I), Mohammad Nuh mengatakan, total desa yang belum terjangkau jaringan
telekomunikasi sebanyak 31 ribu. Akhir tahun 2009, semua jaringan dapat
menjangkau seluruh desa. Menurutnya, untuk menyediakan jaringan telekomunikasi
tersebut disediakan anggaran sekitar Rp 2 triliun. Setelah jaringan tersambung
yang menjadi pemikiran ialah keterjangkauan akses telekomunikasi bagi
masyarakat desa. Sebab, dari akses internet tersebut masyarakat bisa melakukan
transaksi ekonomi. Seluruh desa di Indonesia jumlahnya mencapai 72 ribu lebih
yang ditargetkan memiliki rumah pintar lengkap dengan semua fasilitas
penunjangnya termasuk jaringan internet.
Menurut pendapat saya mengenai
perkembangan IT di negara Indonesia ini
dibandingkan dengan negara-negara yang maju, bahwa perkembangan IT di Indonesia
masih sangat rendah untuk masalah ini. Karena disebabkan oleh negara Indonesia
masih tergantung kepada negara jepang yang mempunya teknologi yang lebih
canggih daripada negara Indonesia, pengguna teknologi IT masih sebagian belum
merata dan membudaya di Indonesia, masih rendahnya penduduk Indonesia yang masih
kurang mengerti atau belum memahami menggunakan teknologi IT. Oleh karena itu
negara Indonesia belum mampu produksi barang-barang elektronik dalam negeri
tetapi di Indonesia lebihnya produk-produk yang masuk produk buatan negara
lain, sehingga penduduk Indonesia dalam hal bidang teknologi masih kurang
sempurna atau kurang maju. Sehingga negara Indonesia menduduki peringkat ke-22
mengenai masalah IT.
Sumber:
No comments:
Post a Comment