Indosat (lengkapnya PT Indosat Tbk.) adalah salah
satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di
Indonesia. Perusahaan ini menawarkan saluran komunikasi untuk pengguna
telepon genggam dengan pilihan pra bayar maupun pascabayar dengan merek jual Matrix, Mentari dan IM3
; jasa lainnya yang disediakan adalah saluran komunikasi via suara untuk telepon tetap (fixed) termasuk sambungan langsung internasional IDD (International Direct Dialing), serta jasa nirkabel dengan merk dagang StarOne. Perusahaan ini juga menyediakan layanan multimedia, internet, dan komunikasi data (MIDI= Multimedia, Internet & Data Communication Services)
; jasa lainnya yang disediakan adalah saluran komunikasi via suara untuk telepon tetap (fixed) termasuk sambungan langsung internasional IDD (International Direct Dialing), serta jasa nirkabel dengan merk dagang StarOne. Perusahaan ini juga menyediakan layanan multimedia, internet, dan komunikasi data (MIDI= Multimedia, Internet & Data Communication Services)
Pada tahun 2011 perusahaan ini menguasai 21 persen pangsa
pasar dan pada tahun 2013 mengklaim memiliki 58,5 juta pelanggan untuk
telpon genggam. Situs investasi untuk Indonesia menyatakan bahwa Indosat
kehilangan beberapa persen pasar pelanggan telepon genggamnya pada tahun tahun
terakhir. Sementara situs lainnya (Onbile.com) menempatkan Indosat sebagai
perusahaan telekomunikasi terbesar ketiga pada tahun 2013 dibawah Telkomsel dan XL Axiata.
Pada Februari 2013 perusahaan telekomunikasi Qatar yang sebelumnya
bernama Qtel dan
menguasai 65 persen saham Indosat berubah nama menjadi Ooredoo dan
berencana mengganti seluruh perusahaan miliknya atau dibawah kendalinya yang
berada di Timur Tengah, Afrika dan Asia Tenggara dengan nama Ooredoo pada tahun
2013 atau 2014. Sementara Indosat dalam siaran persnya menanggapi hal ini
belum memutuskan akan mengubah nama dari Indosat menjadi Ooredoo atau tidak,
karena menganggap nama Indosat telah memiliki "hubungan" dengan
pelanggan.
Indosat memiliki sejarah panjang perpindahan kepemilikan dan
perubahan tujuan perusahaan semenjak didirikan pada 20 November 1967. Didirikan
sebagai perusahaan modal asing oleh pemerintah Indonesia dengan nama PT
Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Persero), perusahaan ini mulai
beroperasi pada September 1969 sebagai perusahaan komersil penyedia jasa
sambungan langsung internasional (IDD). Perusahaan ini membangun, memindahkan,
dan melakukan kaidah operasional sebuah organisasi telekomunikasi internasional
(International Telecommunications Satellite Organization) disingkat Intelsat,
untuk mengakses Intelstat lain (satelit) yang berada di Samudra Hindia dengan
durasi kesepakatan 20 tahun hingga 1987. Sebagai konsorsium global
organisasi satelit komunikasi, intelstat memiliki dan mengoperasikan beberapa
satelit-satelit komunikasi.
Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara dan dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia. Pada akhir tahun 2008 saham pemerintah
Indonesia tinggal 14,3 persen saja, dan sebanyak 65 persen dikuasai oleh QTel. Karena sebagian besar kepemilikan Indosat dikuasai oleh
pemodal asing QTel (Pemerintah Qatar), maka berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 penyelenggaraan jaringan telekomunikasi
untuk jaringan bergerak baik seluler maupun satelit, kepemilikan modal asing
dibatasi 65 persen. Sementara untuk jaringan tetap berbasis kabel maupun
berbasis radio, dengan teknologi circuit switched atau packet switched, modal
asing dibatasi maksimal 49 persen. Pada tahun 2008 Dirjen Postel
Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar menegaskan bahwa Indosat diwajibkan melepas
lisensi telepon tetap miliknya (fixedline dan wirelessline) jika Qatar Telecom
(Qtel) berkeras menambah sahamnya melebihi 49%. Hingga bulan Maret 2011
Indosat belum melepas StarOne, sementara Telkom menyatakan tertarik untuk
mengakusisi StarOne yang
memiliki ijin untuk telepon tetap, SLJJ, dan SLI ini.
Indosat merupakan perusahaan terbuka. Perusahaan ini kemudian didaftarkan ganda oleh pemerintah
Indonesia (dual listed company) pada Bursa Efek Indonesia pada 19 Oktober 1994
(BEI:ISAT) dan Bursa Efek New York, Amerika Serikat (NYSE:IIT). Saat
didaftarkan pada tahun 1994 pemerintah Indonesia tetap memiliki 65 persen
perusahaan ini. Pada 24 April 2013 Indosat mengumumkan akan menghapus
pencatatan American Depositary Shares dari New York Stock Exchange (NYSE) dan
resmi keluar pada Juli 2013 atas permintaan Menteri BUMN di bulan April 2013. Performa
saham indosat di bursa itu terus menurun sejak tahun 2009.
Akusisi dan Pelepasan Perusahaan
Dikarenakan deregulasi peraturan telekomunikasi yang
diberlakukan pemerintah dengan tujuan agar Telkom tidak
lagi memonopoli bidang telekomunikasi di Indonesia; pada tahun 1999 dan 2000
Indosat kemudian mengubah tujuannya dari sebuah perusahaan penyedia jasa
layanan sambungan langsung internasional menjadi penyedia jaringan
telekomunikasi dan jasa komunikasi. Pada tahun 2001 Indosat menandatangani
perjanjian dengan Telkom untuk menghapuskan penguasaan saham silang pada
berbagai perusahaan dan anak perusahaannya diantaranya Satelindo, Telkomsel,
dan Lintasarta.
Pada tahun 2001 perusahaan ini mendirikan PT Indosat
Multimedia Mobile (IM3) sebagai sebuah operator telepon genggam dengan jaringan
GPRS dan layanan multimedia di Indonesia. Upaya ini dilanjutkan pada tahun 2006
dengan memperoleh ijin untuk jaringan 3G dan memperkenalkan
jaringan 3.5G untuk Jakarta dan Surabaya
Pada tahun 2003 Satelindo dan IM3 dibubarkan
setelah diakusisi penuh oleh Indosat. Ditahun yang sama berdasarkan keputusan
Menhub No. KP 130 Tahun 2003, Indosat mendapatkan izin penyelenggaraan jaringan
telekomunikasi tetap secara nasional, dengan cakupan terbatas di Surabaya dan
Jakarta. Lisensi ini melekat pada anak perusahaan Indosat StarOne,
dimana Starone memegang lisensi untuk sambungan langsung jarak jauh (SLJJ),
sambungan langsung internasional (SLI), dan jaringan telepon tetap. Telkompun
dalam pemberitaannya menyatakan tertarik untuk mengakusisi StarOne.
Perkembangan Perusahaan
Pada tahun 2002 Singapore Technologies (ST) Telemedia
(perusahaan dimana pemerintah Singapura menanamkan
investasinya) membeli saham Indosat dengan nilai pembelian sebesar 634 juta
dolar A.S. untuk 40 persen saham perusahaan ini. Perusahaan ST Telemedia
sendiri memiliki 75 persen kepemilikan dari Asia Mobile Holdingsdan
sisanya dimiliki oleh pemerintah Qatar melalui Qatar Telecom,
perusahaan yang sama (Asia Mobile Holdings) juga dimiliki oleh Temasek.
Anak perusahaan Temasek diantaranya adalah PT Telekomunikasi
Selular (Telkomsel), sebanyak 35 persen saham Telkomsel dimiliki
Temasek. Kepemilikan satu perusahaan (Asia Mobile Holdings) yang
menguasai dua perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang seharusnya
bersaing kemudian dipermasalahkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada tahun 2007.
ST Telemedia (milik Asia Mobile Holdings) menguasai 40
persen saham Indosat dan Temasek (milik Asia Mobile Holdings) menguasai 35
persen saham di Telkomsel. KPPU menyatakan kepemilikan saham silang ini
telah melanggar pasal 27 peraturan anti monopoli dan membawanya pengadilan
negeri, dengan tambahan tuntutan sebesar 2,7 juta dolar A.S. karena hal ini
mengakibatkan tingginya tarif jasa komunikasi telpon genggam di Indonesia -
oleh Telkomsel sebagai
penentu harga. Baik Temasek maupun ST Telemedia menolak tuduhan tersebut
dan pengacara kedua perusahaan ini berencana mengajukan banding atas keputusan
Pengadilan Negeri. Kantor berita Reuters menyatakan bahwa Indonesia pada tahun
2007 memang menjadi salah satu negara dengan tarif komunikasi telepon genggam
termahal di dunia.
Pada November 2007 KPPU memutuskan Temasek melakukan
monopoli jaringan telekomunikasi, dan diminta melepaskan seluruh saham di
Indosat dan Telkomsel. Namun, jika Temasek hanya mengurangi saham 50 persen
di masing-masing perusahaan, itu sudah dibenarkan. Keputusan diperkuat Mahkamah
Agung dimana Temasek dan anak perusahaannya harus membayar denda masing-masing
15 miliar rupiah.
Pada Juni 2008 Asia Mobile Holdings, melalui ST Telemedia
menjual 40.8 persen saham miliknya kepada Qatar Telecom (QTel), perusahaan
mitranya, yang setuju untuk membeli seluruh saham tersebut dengan harga 1,8
miliar dolar A.S. Harga yang dibayarkan lebih rendah daripada nilai pasar
yang berada pada 2,2 miliar dolar A.S.
Kemudian pada Februari 2009 QTel menaikkan jumlah
kepemilikan sahamnya di Indosat menjadi 65 persen setelah pemerintah Indonesia
mengklarifikasi peraturan investasi asing yang memperbolehkan hal ini dilakukan
dengan syarat Indosat mengalihkan usaha telepon tetapnya kepada perusahaan yang
berbeda. Berdasarkan peraturan perusahaan yang memegang ijin sebagai
penyedia telepon tetap hanya boleh diperkenankan memperdagangkan 49 persen
sahamnya pada pihak asing, namun perusahaan penyedia komunikasi via telepon
bergerak (seluler) diperkenankan untuk dimiliki pihak asing hingga 65 persen. Harga
saham yang dibayarkan sejumlah 7,388 rupiah per lembar saham (2009) dan
pemerintah Indonesia memegang 14,3 persen saham.
Situs Global Times tahun 2009 memberitakan bahwa Indosat
membayarkan 900 miliar rupiah (saat itu setara dengan 90 juta dolar AS) deviden
tunai atau 50 persen dari keuntungannya pada tahun 2008. Ini berarti
pemegang sahamnya mendapatkan minimum 172.85 rupiah per lembar saham pada tahun
2009, dibandingkan Telkom dimana investornya menerima 296.94 rupiah.
Pada Maret 2013 keuntungan Indosat untuk tahun 2012
dilaporkan merosot 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya 2011 dikarenakan
biaya operasional, walaupun keuntungan dari pendapatan dari pertambahan layanan
komunikasi telepon genggam terus naik.
Pada akhir 31 Agustus 2009 Presiden Direktur Indosat Harry Sasongko mengumumkan
peluncuran satelit Palapa-D milik perusahaan menuju
orbit 113 BT, peluncuran dilakukan di Xichang, Cina. Satelit
Palapa-D memiliki berat 4,1 ton (pada saat peluncuran), memakan daya 7500 watt,
dan memiliki kapasitas 120 persen lebih besar dari satelit yang digantikan
yaitu satelit Palapa-C2 yang akan habis masa operasinya pada 2011.
Pembangunan satelit Palapa-D dimulai sejak 2004, memakan
biaya sebanyak 200-300 juta dolar A.S. dan akan beroperasi hingga 2024. Satelit
Palapa-D dibuat oleh Thales Alenia
Space France (Perancis) berdasarkan platform Spacebus-4000B3. Satelit
ini diluncurkan menggunakan roket Chinese Long March 3B. Jangkauan
satelit termasuk negara-negara ASEAN, negara-negara Asia, timur Tengah dan
Australia. Untuk upaya pemeliharaannya perangkatnya Indosat menyiapkan dan
meresmikan Gedung Satelit Palapa berlantai dua pada 14 Agustus 2009 dengan luas
2.500m2 di Jatiluhur, Purwakarta,
Jawa Barat sebagai lokasi pengendali dan pengawas trafik. Serta
mengirimkan sejumlah tenaga muda pun pelatihan di Perancis
Sumber:
id.wikipedia.org/wiki/Indosat
http://indosat.com/id/about-indosat/company-profile/history
https://persaingantelekomunikasi.wordpress.com/2009/
Sumber:
id.wikipedia.org/wiki/Indosat
http://indosat.com/id/about-indosat/company-profile/history
https://persaingantelekomunikasi.wordpress.com/2009/
No comments:
Post a Comment